Thursday, December 25, 2008
Selamat Natal 2008
SELAMAT NATAL 2008
Semoga damai dan sukacita Natal senantianya memberi pengharapan bagi kita semua.
Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Review Film: Mirrors
Sering menonton film seri Supernatural membuat saya jadi terbiasa dengan film horror ala barat (US), dan malah cenderung menganggap film-film horror ala barat yang ada sekarang ini belum ada yang bisa menandingi film seri Supernatural. Sebut saja film The Messengers sebagai contoh, bukannya merinding, tapi saya malah mengantuk menonton film ini.
Tapi agak berbeda ketika saya menonton film Mirrors yang mulai ditayangkan di bioskop akhir tahun 2008 ini. Awalnya saya sudah pesimis bahwa film ini akan membosankan. Akan tetapi saya salah, karena film ini sangat menarik untuk diikuti.
Walau jalan ceritanya sedikit bisa ditebak karena tipikal horror, tapi ada twist di akhir film, dimana pada akhirnya penyebab dari semua "kekacauan" yang awalnya diduga berasal dari mirror diketahui. Dan pemecahan dari "kekacauan" ini juga sedikit tragis (awalnya saya kira semua berakhir dengan baik). Akhir dari film ini juga membuat greget, bagi yang pernah menonton Silent Hill kira-kira begitulah ending dari film ini.
Saya merekomendasikan para penggemar film horror untuk menonton film ini, dijamin tidak seperti film horror sampah buatan Indonesia.
Kebaktian Malam Natal
Berhubung kebaktian malam Natal di kebanyakan gereja HKBP di Bonapasogit dimulai pukul 19:30, dan tidak ada lagi angkutan umum ke dan dari Balige pada pukul tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk beribadah di HKBP Sitoluama.
Ini adalah kali pertama saya beribadah di HKBP Sitoluama, biasanya saya beribadah di HKBP Balige. Perbedaan yang mencolok dibandingkan HKBP Balige adalah tidak banyak koor di HKBP Sitoluama (tidak tahu apakah pada ibadah Minggu reguler juga seperti ini). Tidak ada perbedaan dalam hal tata ibadah, maklum biasanya ibadah di HKBP semuanya sudah standar. Akan tetapi, ibadah dibuka dengan kata sambutan, sesuatu yang seharusnya dialokasikan setelah acara ibadah berakhir, dan yang membuat kurang nyaman adalah kata sambutan sampai tiga orang.
Setelah kata sambutan, ibadah dimulai dengan menyanyi dari buku Ende, responsoria, lalu menyanyi kembali sambil mengumpulkan persembahan, lalu kotbah. Ya, kotbahnya dimulai awal sekali, karena setelah itu liturgi sebanyak 10 kelompok akan mengisi ibadah. Sebenarnya saya sudah ingin meninggalkan gereja setelah kotbah selesai, tapi setelah dipikir-pikir di rumah juga palingan "hanya" ngenet, akhirnya saya memutuskan untuk tinggal sampai acara berakhir.
Yah, karena acara liturgis menurut saya sedikit membosankan, saya mempergunakan waktu untuk membalas SMS ucapan selamat Natal yang sudah semakin banyak berdatangan ke HP saya.
Oia, kotbah tadi diambil dari Lukas 2:8-15. Pesan kotbah yang saya ingat adalah jadilah orang Kristen yang sungguh-sungguh menerapkan ajaran Yesus Kristus, dan bukan hanya sekedar Kristen "simbol". Amien, semoga pesan kotbah malam Natal ini bisa benar-benar saya hidupi.
Selamat malam Natal untuk kita semua. Horas.
Wednesday, December 24, 2008
Review Buku: Komik Kambing Jantan
Komik ini dikarang oleh Raditya Dika, blogger aneh bin ajaib yang sebelumnya telah menerbitkan empat buku yang isinya tentu saja gokil bin bocor. Berhubung Raditya Dika "hanya" bisa nulis, maka ada orang yang bantuin dia untuk menggambar komiknya, dialah Dio Rudiman.
Cerita yang dimuat dalam komik ini belum pernah dipublikasikan oleh Raditya Dika, baik di blog nya maupung di buku-buku nya, jadi ceritanya benar-benar "fresh". Ceritanya seperti biasa mampu memancing gelak tawa, intinya adalah pegalaman konyol Raditya Dika ketika belajar di Adelaide. Tapi gambar komiknya menurut saya terlalu ekspresif, jadi terkesan lebay. Mungkin karena ilustrator nya masih terpengaruh komikus Jepang yang memang ekspresi wajahnya sangat berlebihan.
Yang membuat buku ini agak susah dinikmati adalah karena gambarnya tidak memperhitungkan border tengah, sehingga gambar-gambarnya yang di bagian tengah buku sulit dibaca karena terlalu rapat. Kalau mengenai harga (Rp. 33.000,-) menurut saya cukup wajar, berhubung jumlah halamannya banyak, dan lagi, saya membelinya dari Toko Buku Gramedia yang sedang diskon 30%, jadi saya hanya cukup merogoh kocek sebesar Rp. 23.000,-
Buat penggemar komik, tidak ada salahnya membaca buku ini. Hitung-hitung mendukung dunia per-komik-an Indonesia.
Review Film: Eagle Eye
Menonton film ini mengingatkan saya akan dua film yang sudah pernah saya tonton, yaitu Enemy of the States dan War Games. Mengingatkan akan Enemy of the States karena di film ini ditunjukkan bagaimana privacy sudah tidak ada lagi, segala sesuatunya bisa dimonitoring (di US tentunya) menggunakan alat-alat yang canggih. Mengingatkan akan War Games karena di film ini, monitoring dilakukan oleh sebuah super komputer yang canggih, yang sangking supernya jadi lepas kontrol.
Tokoh antagonis pada film ini bukanlah manusia, melainkan si super komputer, yang berencana menghabisi presiden USA dan jajaran kabinetnya. Dan tokoh protagonis nya adalah saudara kembar dari orang yang awalnya mengurus si super komputer.
Sepanjang film penonton akan disuguhi dengan aksi-aksi yang melibatkan teknologi yang canggih, dimana si super komputer bisa dengan mudahnya mengendalikan lampu lalu lintas, pengungkit mobil, arah perjalanan Kereta Listrik, dll. Selain teknologi canggih, film ini juga mencoba menggugah emosi penonton karena salah satu tokoh dalam film ini adalah seorang Ibu yang terpaksa mengikuti perintah-perintah si super komputer agar anaknya bisa selamat.
Bagaimana akhir dari film ini? Apakah presiden dan jajaran kabinetnya jadi dihabisi? Apakah si super komputer berhasil dilumpuhkan? Apakah si Ibu berhasil menyelamatkan anaknya? Silahkan tonton film nya sendiri, hehehehe. Selamat menonton.
Komik untuk Liburan
Hari Minggu, 21 Desember 2008 yang lalu saya berkesempatan pergi ke Medan dengan menumpang mobil kampus yang kebetulan digunakan beberapa staff karena ada urusan ke Medan. Sedikit informasi mengenai urusan staff di Medan adalah dalam rangka Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) yang tahun ini diadakan pada bulan Desember (biasanya bulan Mei), mungkin ini karena akan ada Pemilu bulan April 2009 nanti.
Sebenarnya saya tidak ada agenda khusus di Medan, cuman ingin menghabiskan waktu libur saja, supaya tidak bosan sendiri di lingkungan kampus yang luasnya segambreng. Sesampainya di Medan, saya menyempatkan diri jalan-jalan di tempat acara PRSU, dengan harapan bisa dapat brosur mengenai tempat-tempat pariwisata di Sumatera Utara. Tapi karena hari itu adalah hari terakhir PRSU dan malamnya akan ada acara penutupan, tidak banyak pavillion yang buka, hanya beberapa, dan brosur-brosur nya sudah habis. Malamnya saya menginap di rumah teman, sekalian tukar-tukar informasi mengenai kondisi terkini.
Esoknya saya pergi ke Gramedia di bilangan Gajah Mada, dan sedang ada diskon besar-besaran di sana, 30% untuk semua produk (kecuali elektronik). Saya yang maniak buku mulai kalap dan menjelajah sana-sini untuk mencari buku yang menarik. Sayangnya Gramedia ini sepertinya kurang up-to-date, karena beberapa buku baru yang saya cari tidak ada. Akhirnya saya cuman membeli tiga "komik", satu komik Kambing Jantan (yang sudah lama saya nantikan), satu komik Kartun Riwayat Amerika Serikat (saya tertarik mengetahui sejarah Amerika dari awal sampai menjadi negara adidaya), dan yang ketiga adalah komik biografi George Soros (saya tertarik mengetahui riwayat hidup salah seorang investor unggul yang diduga turut berkontribusi mengacaukan perekonomian Indonesia tahun 1998).
Setidaknya tambah aktifitas yang bisa saya lakukan selama libur ini selain rencana-rencana saya yang lain.
Sunday, December 21, 2008
Libur Natal 2008
Salah satu keuntungan yang saya dapatkan dengan bekerja di bidang akademis adalah libur yang panjang. Ketika lebaran bulan Oktober kemaren, saya (dan rekan-rekan yang lain) mendapat jatah liburan 2 minggu. Demikian juga menyambut Natal tahun 2008, kampus diliburkan selama 2 minggu, terhitung dari tanggal 22 Desember 2008 sampai 2 Januari 2009. Kegiatan perkuliahan akan dimulai kembali tanggal 4 Januari 2009.
Libur Natal kali ini pastinya akan sangat berbeda dengan libur Natal tahun-tahun sebelumnya, karena kali ini saya tidak pulang ke rumah saya Depok. Ya, saya akang menghabiskan masa libur saya di Bonapasogit (kampung Batak), daerah dimana kampus saya berada.
Ada keuntungan dan kerugian ketika saya memutuskan untuk berlibur di Bonapasogit.
Kerugiannya adalah tentu saja saya tidak bisa mengikuti banyak perayaan Natal yang biasanya saya ikuti ketika berada di Depok (Natal Fakultas, Natal Universitas, Natal Naposo Gereja, Natal tempat kerja Bapak, dll). Selain itu, tentu saja suasananya sangat berbeda. Di Depok, banyak pusat perbelanjaan yang (tentu saja ini alasan duniawi ;p) bisa menambah suasana Natal. Di Depok, bisa ketemu teman-teman lama (dan mudah-mudahan menambah teman-teman baru). Dan terutamanya, bisa berkumpul bersama keluarga besar.
Tapi ada juga keuntungannya. Dengan berlibur di Bonapasogit, saya jadi punya waktu banyak untuk mengerjakan hal-hal yang selama ini saya tunda. Seperti misalnya mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk mengurus kepangkatan dosen (udah telat banget sebenarnya, tapi better late than nothing at all), antara lain menulis petunjuk praktikum untuk 5 mata kuliah yang pernah (dan sedang) saya ajarkan, menulis 3 buah paper (akan saya ambil dari Tugas Akhir yang pernah saya bimbing), dll. Selain itu, saya juga bisa meng-explore daerah-daerah yang belum pernah saya kunjungi di Sumatera Utara ini. Tentu saja, ada banyak juga hal-hal pribadi yang tidak memungkinkan kalau saya kerjakan di Depok.
Konsekuensi yang paling berat adalah, saya akan sering berada di kampus, yang saat ini suasananya seperti kuburan, maklum tetangga kanan dan bawah sudah pada pulang ke rumah masing-masing untuk liburan. Mahasiswa juga sudah pada pulang sehingga asrama yang biasanya ramai dengan suara-suara sumbang mendadak sepi ditelan bumi. Untuk membunuh rasa sepi, saya akhirnya menonton film dengan suara yang maksimum atau dengar musik dengan suara yang maksimum. Sebenarnya tidak terlalu sepi juga, karena ada tetangga belakang pagar, kadang-kadang terdengar suara petasan di kejauhan, dan pak satpam monitoring dengan motornya setiap 30 menit. Tapi tetap saja, suasanya beda bila dibandingkan dengan suasana ketika semua penghuni kampus sedang berada di kampus.
Oh well, hope that I can enjoy my very little Christmas Holiday.
Friday, December 19, 2008
Konser Dewa 19 di Pematang Siantar
Kemaren, Rabu 17 Desember 2009, Dewa 19 mengadakan konser di kota Pematang Siantar, Sumatera Utara.
Saya tahu informasi mengenai konser ini beberapa hari sebelumnya melalui spanduk-spanduk yang dipasang di beberapa jalan di kota Balige. Pada spanduk tertulis bahwa konser akan dimulai pukul 17:00 di lapangan Brimob, kota Pematang Siantar.
Berhubung ini adalah kesempatan yang langka (konser terakhir yang saya tonton adalah konser group band Tipe-X di Porsea sekitar 1 tahun yang lalu), maka saya dengan semangat '45 bergerak menuju kota Pematang Siantar yang "berjarak" 2 jam dari tempat saya.
Sampai di lokasi konser, ternyata "tiketnya" ternyata cuman sebungkus rokok X-Mild (promotor konser) seharga Rp. 8.000,-. Pukul 19:00 dan konser belum dimulai. Penonton juga masih sedikit. "Sambel" pikir saya, "ngapain buru-buru kalo ternyata molor, I should've known that concert performance is usually delayed".
Setelah menunggu sekitar setengah jam, akhirnya konser dimulai. Tapi bukan Dewa 19 yang muncul, melainkan band pembuka, yang (sontoloyonya) ada empat band. Tapi lumayan menghibur karena lagu-lagu yang dibawakan lagu-lagu yang saya tau dan saya suka.
Sekitar pukul 21:00 akhirnya Dewa 19 muncul, akhirnya penantian itu berbuah manis. Konser Dewa 19 dibuka dengan suara instrumen yang aneh selama sekitar 5 menit *cape deh*. Baru kemudian Dewa 19 membawakan lagu-lagunya. Semua lagu yang dibawakan mampu membuat penonton berjingkrak-jingkrakan. Bahkan sampai dorong-dorongan (dan ada yang berantem, biasalah orang kampung ;p). Sesekali mobil pemadam kebakaran menyiramkan air supaya suasana tidak terlalu panas.
Secara keseluruhan penampilan Dewa 19 memang bagus, kecuali lagu terakhir yang dibawakan, yang merupakan single terbaru dari Dewa 19 (Perempuan Paling Cantik di Negeriku Indonesia) dimana Once salah masuk, keduluan padahal seharusnya masih intro :D. Tapi yang sangat saya sayangkan Dewa 19 seakan-akan tidak menyatu dengan penonton. Kadang-kadang Once menyapa penonton tapi kelihatannya seperti basa-basi saja. Tidak ada koneksi yang terbangun dengan penonton. Beda dengan konser Jikustik yang saya tonton beberapa tahun lalu di Balige, dimana Ponky berusaha mendekatkan diri dengan penonton dengan menggunakan kata-kata lokal seperti "horas", lalu mengajak salah satu penonton maju ke depan dan berinteraksi dengan penonton tersebut.
Tapi saya cukup puas karena bisa menonton konser Dewa 19, sekalian hiburan yang memang susah ditemui di sekitar Bonapasogit.