Kemaren, Rabu 17 Desember 2009, Dewa 19 mengadakan konser di kota Pematang Siantar, Sumatera Utara.
Saya tahu informasi mengenai konser ini beberapa hari sebelumnya melalui spanduk-spanduk yang dipasang di beberapa jalan di kota Balige. Pada spanduk tertulis bahwa konser akan dimulai pukul 17:00 di lapangan Brimob, kota Pematang Siantar.
Berhubung ini adalah kesempatan yang langka (konser terakhir yang saya tonton adalah konser group band Tipe-X di Porsea sekitar 1 tahun yang lalu), maka saya dengan semangat '45 bergerak menuju kota Pematang Siantar yang "berjarak" 2 jam dari tempat saya.
Sampai di lokasi konser, ternyata "tiketnya" ternyata cuman sebungkus rokok X-Mild (promotor konser) seharga Rp. 8.000,-. Pukul 19:00 dan konser belum dimulai. Penonton juga masih sedikit. "Sambel" pikir saya, "ngapain buru-buru kalo ternyata molor, I should've known that concert performance is usually delayed".
Setelah menunggu sekitar setengah jam, akhirnya konser dimulai. Tapi bukan Dewa 19 yang muncul, melainkan band pembuka, yang (sontoloyonya) ada empat band. Tapi lumayan menghibur karena lagu-lagu yang dibawakan lagu-lagu yang saya tau dan saya suka.
Sekitar pukul 21:00 akhirnya Dewa 19 muncul, akhirnya penantian itu berbuah manis. Konser Dewa 19 dibuka dengan suara instrumen yang aneh selama sekitar 5 menit *cape deh*. Baru kemudian Dewa 19 membawakan lagu-lagunya. Semua lagu yang dibawakan mampu membuat penonton berjingkrak-jingkrakan. Bahkan sampai dorong-dorongan (dan ada yang berantem, biasalah orang kampung ;p). Sesekali mobil pemadam kebakaran menyiramkan air supaya suasana tidak terlalu panas.
Secara keseluruhan penampilan Dewa 19 memang bagus, kecuali lagu terakhir yang dibawakan, yang merupakan single terbaru dari Dewa 19 (Perempuan Paling Cantik di Negeriku Indonesia) dimana Once salah masuk, keduluan padahal seharusnya masih intro :D. Tapi yang sangat saya sayangkan Dewa 19 seakan-akan tidak menyatu dengan penonton. Kadang-kadang Once menyapa penonton tapi kelihatannya seperti basa-basi saja. Tidak ada koneksi yang terbangun dengan penonton. Beda dengan konser Jikustik yang saya tonton beberapa tahun lalu di Balige, dimana Ponky berusaha mendekatkan diri dengan penonton dengan menggunakan kata-kata lokal seperti "horas", lalu mengajak salah satu penonton maju ke depan dan berinteraksi dengan penonton tersebut.
Tapi saya cukup puas karena bisa menonton konser Dewa 19, sekalian hiburan yang memang susah ditemui di sekitar Bonapasogit.
No comments:
Post a Comment